Kenapa Kita Harus Keluar dari Sistem Medis Barat? (Bagian 1 dari 2)

Category: What Must We Do Now? Published: Sunday, 16 September 2012

POJOK THIBBUN NABAWI

KENAPA KITA HARUS KELUAR DARI SISTEM MEDIS BARAT?

وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ

“dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku,” [QS Asy-Syu’ara (26) : 80]

Pojok Thibbun Nabawi ini merupakan salah satu pojok dari serangkaian pojok di toko kami, pojok ini insyaAllah akan mencoba menawarkan solusi / alternatif dari salah satu permasalahan ummat Islam di akhir zaman ini, yaitu solusi dalam bidang medis dan pengobatan. Sebagaimana judul besar di atas, berikut ini ada setidaknya 4 hal yang insyaAllah cukup menjadi alasan bagi kita untuk keluar dari sistem medis Barat.

1. Bertentangan dalam banyak hal dengan Thibbun Nabawi.

Sebagaimana yang difirmankan Allah dalam ayat di atas, maka seharusnya itulah yang menjadi landasan utama kita dalam memandang dan menyikapi suatu penyakit, bahwa Allah lah Yang Maha Kuasa menyembuhkan kita dari segala penyakit kita, sebagaimana Dia pula lah Yang memberikan sakit itu sebagai ujian bagi kita. Dalam salah satu hadistnya, Rasulullah SAW bersabda, Tiada seorang mukmin ditimpa rasa sakit, kelelahan (kepayahan), diserang penyakit atau kesedihan (kesusahan) sampai pun duri yang menusuk (tubuhnya) kecuali dengan itu Allah menghapus dosa-dosanya.’ (HR. Bukhari). Adapun sistem medis barat jelas hanya mengandalkan akal saja, mereka tidak mau mengakui adanya Allah Yang Maha Menyembuhkan segala penyakit. Hal ini lah mengapa pengobatan barat dikatakan sebagai pengobatan yang wholistik (parsial), yang hanya mengobati secara lahiriah/jasmani/fisik. Sedangkan Thibbun Nabawi adalah sistem medis yang holistik (menyeluruh), yang mengobati baik lahir dan batin, jasmani dan ruhani, fisik dan psikis.

Dalam hadist yang lain, Rasulullah SAW bersabda, ‘Allah menurunkan penyakit dan menurunkan pula obatnya, diketahui oleh yang mengetahui dan tidak akan diketahui oleh orang yang tidak mengerti.’ (HR. Bukhari dan Muslim). Hadist ini menunjukkan bahwa, semua penyakit memiliki obatnya dan semua penyakit dapat disembuhkan, dengan izin Allah. Keyakinan ini sejalan dengan firman Allah dalam surat Asy-Syu’ara ayat 26 tersebut di atas. Namun Rasulullah SAW juga bersabda, ‘Allah tidak menjadikan penyembuhanmu dengan apa yang diharamkan atas kamu.’ (HR. Al-Baihaqi). Maksud dari hadist tersebut ialah obat yang Rasulullah SAW maksud di hadist sebelumnya adalah obat-obatan yang halal dan thoyyib. Sementara dalam sistem medis barat, tidak diperhatikan dari mana suatu obat dibuat, dari bahan apa, bagaimana cara memperolehnya juga tidak diperhatikan. Kebanyakan obat-obatan dalam sistem medis barat dibuat dari bahan-bahan kimia sintetis yang tidak alami dan bersifat merusak (menimbulkan side effect). Bahkan, beberapa obat dibuat dari bahan-bahan seperti gelatin babi, otak bayi, daging manusia, dan yang lainnya, yang sudah jelas keharamannya. Adapun obat-obatan Thibbun Nabawi yang disebutkan dalam berbagai ayat Qur’an dan hadist Nabi SAW adalah obat-obatan dari alam atau natural yang diperhatikan kehalalan dan ke-thoyyib-annya.

Hal lain yang membedakan sistem medis barat dengan Thibbun Nabawi adalah penanganan terhadap penyakit yang diderita. Pada sistem medis barat, yang ditekankan adalah menghilangkan simptom-simptom (tanda-tanda) penyakit yang muncul saja (symptomatic treatment), tidak melihat pada apa penyebab dari gejala atau tanda-tanda tersebut, mereka tidak melihat dari akar penyakit itu, sehingga tidak menyembuhkannya, malah justru ‘menyembunyikan’ penyakit.  Berbeda dengan Thibbun Nabawi yang berusaha mencari akar dari permasalahan dan penyakit yang terlihat, dan berusaha menanganinya hingga tuntas, sehingga terkadang terlihat lambat terlihat efeknya, namun justru itulah pengobatan yang sebenarnya, yaitu yang menyelesaikan permasalahan atau penyakit hingga ke penyebab utama dari penyakit itu (causative treatment).

Keunggulan lain dari Thibbun Nabawi adalah penekanannya pada bagaimana cara mengembalikan keseimbangan tubuh dan seluruh fungsinya secara optimal terutama meningkatkan kekebalan (imunity) tubuh. Imunity adalah suatu sistem alammi yang Allah ciptakan dalam tubuh kita, sistem yang berfungsi mengalahkan kuman-kuman penyebab suatu penyakit. Allah memberikan sistem imunity ini pada manusia dan penyakit timbul ketika sistem imunity kita ini melemah, maka kuman-kuman tersebut dapat menyerang organ-organ kita. Sedangkan dalam sistem pengobatan barat yang dilakukan adalah justru mematikan semua kuman-kuman tersebut, menyebabkan justru kuman-kuman ‘baik’ dalam tubuh kita juga ikut mati, dan bahkan merusak sel-sel tubuh kita dengan efek sampingnya tersebut.

2. Konspirasi Di Balik Sistem Pengobatan Barat.

Ahmad Thomson dalam bukunya yang berjudul ‘Sistem Dajjal’' menerangkan bahwa di era sekarang ini hampir semua sisi kehidupan kita telah didominasi oleh sistem kafir atau sistem Dajjal. Maksud sistem Dajjal di sini adalah suatu sistem yang dipersiapkan oleh para pendukung Dajjal untuk menyambut kehadiran si Dajjal itu sendiri. Termasuk di dalamnya adalah sistem medis barat.

Sistem medis barat –sebagaimana sistem kehidupan lain– sekarang ini sedemikian rupa telah menjadi sebuah industri besar, semua proses dari yang terkecil hingga yang terbesar adalah bagian dari proses produsen-konsumen. Rumah sakit dijalankan bagaikan sebuah bisnis, bisnis yang memanfaatkan kesakitan orang lain. Sehingga sekian banyak orang menggantungkan kelangsungan hidupnya pada sakitnya orang lain. Mulai dari dokter-dokter bergaji fantastis, hingga para pemasok peralatan dan obat-obatan pada rumah sakit-rumah sakit dan dokter-dokter tersebut.

Sebagai bagian dari sebuah mata rantai produksi, rumah sakit pun mulai berusaha menekan jumlah pengeluaran dengan dilakukannya banyak otomatisasi dalam menangani pasien. Maka rumah sakit menjadi semakin tidak manusiawi. Dokter-dokter hasil pengkondisian universitas pun merawat pasien layaknya profesor-profesor mereka mengutak-atik teori. Sebagaimana para profesor yang senang bermain dengan gagasan-gagasan dan teori-teori, para dokter pun kerap beruji coba dengan obat-obatan. Buah dari prestise bekerja sebagai dokter, maka banyak pasien korban uji coba dan mal praktek ini tidak berani menuntut mereka kerena merasa tidak punya ilmu. Dokter-dokter pun merasa seperti tuhan yang menentukan kelangsungan hidup si pasien.

Kemudian dengan dalih kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan dan telah berkembangnya jenis-jenis penyakit, sistem medis barat pun mengesampingkan metode medis Thibbun Nabawi yang telah terbukti selama ribuan tahun. Men-cap metode medis dari Nabi SAW ini sebagai metode alternatif yang meragukan dan belum teruji keefektifannya. Padahal sistem medis mereka yang baru ada sekitar 100 tahun belakang ini pun dasar-dasarnya dijiplak dari ilmuwan-ilmuwan Muslim –seperti buku The Canon oleh Ibnu Sina– yang mendapatkan ilmunya dari Qur’an dan Hadist Nabi SAW. Selain itu, penyakit-penyakit yang baru muncul dalam 100 tahun ini pun pada hakikatnya adalah penyakit-penyakit yang muncul sebagai buah dari gaya hidup jahiliyah yang mereka praktekkan. Sebagai contoh, seandainya pola hidup seks bebas tidak menjadi adat-istiadat, tentulah tidak perlu terjadi aborsi sekian banyak setiap tahunnya. Bahkan seandainya sistem medis ini tidak menjadi industri dan sarana mengeruk keuntungan, tentulah tidak akan ada orang-orang yang tega menciptakan dan menyebarkan virus-virus ganas yang menimbulkan penyakit-penyakit yang belum pernah ada sebelumnya, seperti yang bukti-buktinya akan dijelaskan kemudian. Terakhir, seandainya pola hidup yang Rasulullah SAW ajarkan diterapkan, tentunya semua akan berbeda. Rasulullah SAW pernah menerima kiriman obat-obatan mahal dari Mesir. Namun Nabi SAW mengembalikannya dengan pesan bahwa cara hidup Beliau SAW adalah obat dan pengobatan terbaik. Terbukti bahwa Nabi SAW hanya sakit dua kali sepanjang hidupnya, yaitu ketika makanan Beliau SAW diracun dan ketika beliau akan meninggal dunia.

Adapun klaim sistem medis barat yang menolak dan meremehkan sistem medis Thibbun Nabawi, karena dalih penyakit-penyakit baru tersebut itu pun, dapat dibantah dengan hadist Nabi SAW yang telah disampaikan di atas, Rasulullah SAW bersabda, ‘Allah menurunkan penyakit dan menurunkan pula obatnya, diketahui oleh yang mengetahui dan tidak akan diketahui oleh orang yang tidak mengerti.’ (HR. Bukhari dan Muslim). Sekalipun penyakit-penyakit itu baru dan bahkan buatan manusia sendiri, tentulah itu semua tidak akan terjadi kecuali dengan izin Allah Yang Maha Kuasa. Maka tentunya Allah, Yang Maha Menyembuhkan, telah menurunkan juga obat terhadap penyakit-penyakit tersebut dan tentu obat yang dimaksud adalah obat-obatan yg halal dan thoyyib. (Bersambung ke Bagian 2)

 

Shop