Rizki : Dipancing Atau Dijala...?

Category: What Must We Do Now? Published: Tuesday, 18 September 2012 Written by Muhaimin Iqbal (geraidinar.com)

Salah satu ustadz saya Doktor ahli tafsir Al-Qur’an ustadz Dr. Muslich Abdul Karim, sering mengajari kami jama’ah pengajiannya cara untuk memperoleh malam Lailatul Qadar di bulan Ramadhan.Pendekatan beliau sangat masuk akaldan mudah dipahami,yaitu mencari malam Lailatul Qadar- jangan dipancing ( maksudnya hanya beribadah serius di malam-malam tertentu), tetapi di jala (yaitu beribadah secara intensif di sepanjang 10 hari terakhir atau bahkan di seluruh bulan Ramdahan) – maka insyaAllah pas datangnya malam Lailatul Qadar kita lagi berada di puncak peribadatan kita.

Read more: Rizki : Dipancing Atau Dijala...?

Doa Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم Saat Perang Uhud

Category: What Must We Do Now? Published: Saturday, 15 September 2012 Written by Ihsan Tandjung
Dienullah Al-Islam merupakan agama yang lengkap, seimbang dan sempurna. Sehingga dalam keadaan berperang sekalipun Allah سبحانه و تعالىtetap memerintahkan kaum beriman agar terus-menerus mengingat dan menyebut nama Allah سبحانه و تعالى. Hal ini cuma menunjukkan betapa seorang mukmin ketika sedang hebatnya berkobar suasana perang tidak boleh kehilangan kendali diri sedetikpun. Ia diharuskan untuk selalu menjalin hubungan dengan Allahسبحانه و تعالىYang Maha Kuat sehingga tidak bergeser sedikitpun niatnya dalam berperang selain untuk mengejar Ridha Allah سبحانه و تعالىalias bersikapmukhlishiina lahud-diin (memurnikan ketaatan hanya kepadaNya).
 
 
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” (QS Al-Anfaal 45)
 
Kaum beriman sangat sadar bahwa kemenangan dalam suatu medan jihad fi sabilillah merupakan karunia yang datang semata atas izin Allah سبحانه و تعالىbukan lantaran kepiawaian mereka dalam bertempur. Oleh karenanya di medan peperangan sekalipun, seorang mukmin-mujahid tidak pernah boleh berhenti memohon pertolongan dan kemenangan dari Allah سبحانه و تعالى. Sehingga di kalangan kaum beriman dikenal adanya dua karakter yang mesti berpadu di dalam pribadi seorang jundullah (prajurit Allah سبحانه و تعالى) yakni:
 
فرسانا بالنهار و رهبانا بالليل
“Penunggang kuda di siang hari dan rahib (ahli ibadah) di malam hari.”

Cerdas Dalam Berdzikir

Category: What Must We Do Now? Published: Sunday, 16 September 2012 Written by Ihsan Tandjung

Allah سبحانه و تعالى memerintahkan hamba-hambaNya agar memperbanyak dzikir. Memperbanyak mengingat-Nya. Barangsiapa mencintai Allah سبحانه و تعالى niscaya dengan senang hati ia memperbanyak mengingat Allah سبحانه و تعالى . Betapa tidak, Allah سبحانه و تعالى merupakan Dzat Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Tidak sepantasnya seorang yang mengaku beriman kepada Allah سبحانه و تعالى lalu menjadi orang yang malas dan enggan mengingat-Nya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْراً كَثِيراً

“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (ingatlah) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS. Al-Ahzab [33] : 41)

Bahkan Allah سبحانه و تعالى menggambarkan bahwa orang-orang yang menggunakan akalnya dan rajin merenung adalah mereka yang mengingat Allah dalam setiap gerak hidupnya, baik saat berdiri, duduk maupun berbaring.

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لِّأُوْلِي الألْبَابِ الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللّهَ قِيَاماً وَقُعُوداً وَعَلَىَ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi.” (QS. Ali Imran [3] : 190-191)

Read more: Cerdas Dalam Berdzikir

Rabbaniyyah Versus Materialisme

Category: What Must We Do Now? Published: Saturday, 15 September 2012 Written by Ihsan Tandjung

Di dalam bukunya yang berjudul Fiqh Da’wah jilid dua, Syaikh Musthafa Masyhur, menulis mengenai dua pemahaman mendasar yang senantiasa bertarung dalam kehidupan manusia. Kedua pemahaman tersebut ialah Rabbaniyyah versus Materialisme. Rabbaniyyah merupakan sebuah ajaran yang senantiasa dianut dan disebarluaskan oleh kaum beriman. Sedangkan Materialisme adalah ajaran yang dianut oleh kaum kafir dan munafik lalu mereka senantiasa mempromosikannya.

Inti daripada ajaran Rabbaniyyah ialah menjalani kehidupan di dunia yang fana ini dengan menjadikan Allah سبحانه و تعالى Rabbul ‘aalamiin sebagai pusat perhatian, puncak kebahagiaan bahkan pusat pengabdian. Sedemikian rupa sehingga panganut Rabbaniyyah hanya mau menjalankan kehidupan di dunia berdasarkan bimbingan petunjuk Allah سبحانه و تعالى beserta utusan-Nya yakni Rasulullah صلى الله عليه و سلم . Bahkan tolok-ukur keberhasilan kaum penganut Rabbaniyyah ialah seberapa jauh manusia dan masyarakat berjalan konsisten mengikuti petunjuk Rabb mereka, Sang Pencipta, Pemilik, Pemelihara dan Penguasa alam semesta.

Read more: Rabbaniyyah Versus Materialisme

Bolehkah Bersikap Santai Menghadapi Hari Kiamat?

Category: What Must We Do Now? Published: Friday, 02 April 2010 Written by Ihsan Tandjung

Ummat Islam sangat disayang oleh Allah subhaanahu wa ta’aala sehingga mereka tidak diizinkan Allah subhaanahu wa ta’aala mengalami peristiwa dahsyat hari Kiamat. Beberapa saat menjelang Kiamat akan berlangsung Allah subhaanahu wa ta’aala bakal mengutus angin sejuk untuk mencabut nyawa setiap orang yang memiliki keimanan walau seberat biji atom agar tidak perlu mengalami dahsyatnya peristiwa Kiamat.

Rasulullah bersabda: “Kemudian Allah melepaskan angin dingin yang berhembus dari Syam. Maka tidak seorangpun dari manusia yang beriman kecuali dicabut nyawanya.” (HR Muslim 14/175)

”Sesungguhnya Allah subhaanahu wa ta’aala akan mengutus suatu angin yang lebih lembut dari sutera dari arah Yaman. Maka tidak seorangpun (karena angin tersebut) yang akan disisakan dari orang-orang yang masih ada iman walau seberat biji dzarrah (atom) kecuali akan dicabut ruhnya.”

(HR Muslim 1098)

Read more: Bolehkah Bersikap Santai Menghadapi Hari Kiamat?